Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar
kata BELAJAR?!
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar
kata PR?!
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar
kata TUGAS?!
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar
kata ULANGAN?!
Mungkin sebagian besar dari kita, pelajar
Indonesia menganggap keempat kata tersebut telah merenggut kebahagiaan kita. Hampir
setiap hari kita harus berhadapan dengan keempat hal tersebut.
Terlebih lagi, banyak materi yang dijadikan
sebagai standar kompetensi pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan di
usia kita. Hal itu menyebabkan pelajar (termasuk saya kadang-kadang HUEHEHE)
menganggap belajar itu bukanlah kegiatan yang menyenangkan.
Untuk lebih jelasnya lagi, simak yuk pendapat
teman-teman kita di level 9 SMPIT Ummul Quro Bogor tentang pandangan serta
saran mereka terhadap pendidikan di Indonesia.
1.
Hanif Fadhil Mubarak (9A)
Pendidikan di Indonesia kayaknya kurang mantep. Kualitas pelajarnya masih belum baik. Harapan buat ke
depannya harus lebih ketat dan lebih ditingkatkan lagi.
2.
Jasin Gumilar (9A)
Menurut saya, pendidikan
di Indonesia itu standar gitu deh. Sudah seimbang akademik dan non akademiknya.
Terus anak bangsa juga sudah memulai membuat ide-ide barunya. Saran saya,
pendidikan di Indonesia harus lebih dikembangkan lagi. Apalagi pendidikan di
non akademiknya. Kalau bisa, kedua-duanya harus seimbang. Terus, pemerintah juga
harus mendukung ide-ide kreatifitas anak bangsa.
3.
Muhammad
Deva Maududi (9B)
Pendidikan di Indonesia
masih kacrut. Banyak banget yang nggak jujur. Jadi udah kayak hutan belantara
aja, susah nyari jalan keluarnya. Maksudnya walaupun kita pinter tapi tetep aja
susah masuk sekolah bagus, terhalang sm jalur VIP. Ke depannya sih, kalo bisa
jujur. Itu aja.
4.
Muhammad Ilyasa Nur Fatikha (9B)
Menurut saya ya,
pendidikan di Indonesia masih belum efektif, karena penyebaran sekolah masih belum
merata. Seperti di pelosok-pelosok nusantara, masih banyak anak yang belum berkesempatan
untuk sekolah. Jadi, kalo di daerah-daerah pelosok banyak yang nggak sekolah,
daerah itu nggak akan maju-maju. Saran saya buat pemerintah, kalo bisa sih di pelosok-pelosok
negeri dibangun sekolah yang layak dan berkualitas, pake uang yang dikorupsi
noh.
5.
Balqis
Fauzira Adawinsa Putri (9C)
Kualitas dan kuantitas
pendidikan di Indonesia masih kurang bagus. Masih banyak fasilitas untuk
sekolah yang kurang layak dan proses pembelajaran yang kurang efektif. Contohnya,
di sekolah negeri ada beberapa guru yang cuma dateng ke kelas abis itu ngasih
tugas. Di sekolah swasta sendiri KKM-nya masih rendah. Saran saya, pemerintah
harus lebih peduli terhadap pendidikan di Indonesia.
6.
Wafi
Rohadatul ‘Aisy (9C)
Pendidikan di Indonesia itu
masih memprioritaskan materi. Banyak siswa yang lebih mengejar nilai daripada
memahami pelajaran. Selain itu, biaya untuk fasilitas pendidikan di Indonesia masih
banyak yang dikorupsi, sehingga siswa yang kurang mampu masih belum bisa
merasakan pendidikan. Saran saya, semoga pemerintah bisa meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia yang sudah tertinggal jauh dari negara lain.
7.
Raden
Ajeng Mutia Arih Maharani Ridwan (9D)
Kurikulum di Indonesia terlalu
berat. Apalagi ditambah dengan muatan lokal. Contohnya Bahasa Sunda. Kan ada
aja siswa yang gabisa pelajaran itu. Daya imajinasi dan kreatifitas kita juga jadi kurang
diasah gitu, jadinya kurang seimbang. Saran saya harusnya pelajaran dasar itu diajarkan
hanya di kelas 1-3. Jenjang berikutnya kita mempelajari bidang yang ingin kita
geluti. Lalu, seharusnya di setiap ujian tidak ada pilihan ganda, essay
semua. Lagipula, essay itu membuat kita cerdas.
8.
Rahma
Auliarisya Hidayati (9D)
Menurut saya, kurikulum di
Indonesia terlalu banyak teori. Saran saya, seharusnya teori sebanding dengan
praktek. Jangan hanya teori aja yang dikasih, soalnya bikin kita jadi pusing. Abis itu, jangan bikin kurikulum baru kalo belum yakin bisa terlaksana dengan
baik. Terus, seharusnya Indonesia menerapkan moving class. Karena dalam islam sendiri dijelaskan bahwa murid yang mencari guru, bukan guru yang mencari murid. Lagian kan kalo moving class kita bisa jalan-jalan. Kan ada
beberapa anak yang tipe belajarnya kinestetik.
9.
Nova
Isna Ananda (9E)
Pendidikan di Indonesia itu
dari tahun ke tahun semakin mundur. Soalnya dengan kurikulum yang baru malah
bukan membuat siswa menjadi lebih rajin, justru membuat para siswa stress.
Seharusnya Indonesia mengambil contoh dari negara maju yang pendidikannya bagus
agar kita menjadi bangsa yang pintar dan negara yang maju.
10.
Salsabila
Aidina Fitri (9E)
Menurut saya, kurikulum di Indonesia
itu sudah terlalu berat. Bandingin aja sama di Jepang, gaada UN. Anak SD di Jepang
aja umur 7 tahun masih belajar mengenal benda. Kalau kebanyakan materi malah
bikin muridnya stress. Kita juga gamaju-maju jadinya. Saran saya
kurikulumnya jangan disatuin semua, terus materinya dikurangin sedikit.
Nah, dari pendapat teman-teman kita tadi, kita bisa menyimpulkan bahwa
pendidikan di Indonesia belum terlaksana dengan baik. Siswa disuguhkan dengan begitu
banyak materi, sehingga antara pemahaman konsep dan kerja praktek masih belum
seimbang. Hal ini menyebabkan kreatifitas siswa kurang terasah. Kemudian, siswa
juga diiming-imingi oleh nilai. Padahal, seharusnya belajar adalah proses untuk
memahami sesuatu, bukan untuk sekedar mengejar nilai. Selain itu, masih banyak
oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan kekuasaannya untuk melahap uang rakyat
yang seharusnya digunakan sebagai biaya operasional dan fasilitas sekolah. Karena tak
sedikit rakyat kecil yang belum bisa mencicipi pendidikan karena perbuatan mereka.
Mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan tentang pandangan remaja
terhadap pendidikan di Indonesia. Mudah-mudahan, posting ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Dan untuk para remaja di seluruh Indonesia, jadilah
generasi penerus bangsa yang cerdas dan berakhlak, serta bangun Indonesia agar
menjadi lebih baik!
NIpaaaaah tambahin link akuuu :3
BalasHapus