Rabu, 20 November 2013

Pandangan Remaja terhadap Pendidikan di Indonesia

Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata BELAJAR?!
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata PR?!
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata TUGAS?!
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata ULANGAN?!



Mungkin sebagian besar dari kita, pelajar Indonesia menganggap keempat kata tersebut telah merenggut kebahagiaan kita. Hampir setiap hari kita harus berhadapan dengan keempat hal tersebut.
Terlebih lagi, banyak materi yang dijadikan sebagai standar kompetensi pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan di usia kita. Hal itu menyebabkan pelajar (termasuk saya kadang-kadang HUEHEHE) menganggap belajar itu bukanlah kegiatan yang menyenangkan.

Untuk lebih jelasnya lagi, simak yuk pendapat teman-teman kita di level 9 SMPIT Ummul Quro Bogor tentang pandangan serta saran mereka terhadap pendidikan di Indonesia.

1.       Hanif Fadhil Mubarak (9A)
Pendidikan di Indonesia kayaknya kurang mantep. Kualitas pelajarnya masih belum baik. Harapan buat ke depannya harus lebih ketat dan lebih ditingkatkan lagi.

2.       Jasin Gumilar (9A)
Menurut saya, pendidikan di Indonesia itu standar gitu deh. Sudah seimbang akademik dan non akademiknya. Terus anak bangsa juga sudah memulai membuat ide-ide barunya. Saran saya, pendidikan di Indonesia harus lebih dikembangkan lagi. Apalagi pendidikan di non akademiknya. Kalau bisa, kedua-duanya harus seimbang. Terus, pemerintah juga harus mendukung ide-ide kreatifitas anak bangsa.

3.       Muhammad Deva Maududi (9B)
Pendidikan di Indonesia masih kacrut. Banyak banget yang nggak jujur. Jadi udah kayak hutan belantara aja, susah nyari jalan keluarnya. Maksudnya walaupun kita pinter tapi tetep aja susah masuk sekolah bagus, terhalang sm jalur VIP. Ke depannya sih, kalo bisa jujur. Itu aja.­

4.       Muhammad Ilyasa Nur Fatikha (9B)
Menurut saya ya, pendidikan di Indonesia masih belum efektif, karena penyebaran sekolah masih belum merata. Seperti di pelosok-pelosok nusantara, masih banyak anak yang belum berkesempatan untuk sekolah. Jadi, kalo di daerah-daerah pelosok banyak yang nggak sekolah, daerah itu nggak akan maju-maju. Saran saya buat pemerintah, kalo bisa sih di pelosok-pelosok negeri dibangun sekolah yang layak dan berkualitas, pake uang yang dikorupsi noh.

5.       Balqis Fauzira Adawinsa Putri (9C)
Kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia masih kurang bagus. Masih banyak fasilitas untuk sekolah yang kurang layak dan proses pembelajaran yang kurang efektif. Contohnya, di sekolah negeri ada beberapa guru yang cuma dateng ke kelas abis itu ngasih tugas. Di sekolah swasta sendiri KKM-nya masih rendah. Saran saya, pemerintah harus lebih peduli terhadap pendidikan di Indonesia.

6.       Wafi Rohadatul ‘Aisy (9C)
Pendidikan di Indonesia itu masih memprioritaskan materi. Banyak siswa yang lebih mengejar nilai daripada memahami pelajaran. Selain itu, biaya untuk fasilitas pendidikan di Indonesia masih banyak yang dikorupsi, sehingga siswa yang kurang mampu masih belum bisa merasakan pendidikan. Saran saya, semoga pemerintah bisa meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang sudah tertinggal jauh dari negara lain.

7.       Raden Ajeng Mutia Arih Maharani Ridwan (9D)
Kurikulum di Indonesia terlalu berat. Apalagi ditambah dengan muatan lokal. Contohnya Bahasa Sunda. Kan ada aja siswa yang gabisa pelajaran itu. Daya imajinasi dan kreatifitas kita juga jadi kurang diasah gitu, jadinya kurang seimbang. Saran saya harusnya pelajaran dasar itu diajarkan hanya di kelas 1-3. Jenjang berikutnya kita mempelajari bidang yang ingin kita geluti. Lalu, seharusnya di setiap ujian tidak ada pilihan ganda, essay semua. Lagipula, essay itu membuat kita cerdas.

8.       Rahma Auliarisya Hidayati (9D)
Menurut saya, kurikulum di Indonesia terlalu banyak teori. Saran saya, seharusnya teori sebanding dengan praktek. Jangan hanya teori aja yang dikasih, soalnya bikin kita jadi pusing. Abis itu, jangan bikin kurikulum baru kalo belum yakin bisa terlaksana dengan baik. Terus, seharusnya Indonesia menerapkan moving class. Karena dalam islam sendiri dijelaskan bahwa murid yang mencari guru, bukan guru yang mencari murid. Lagian kan kalo moving class kita bisa jalan-jalan. Kan ada beberapa anak yang tipe belajarnya kinestetik.

9.       Nova Isna Ananda (9E)
Pendidikan di Indonesia itu dari tahun ke tahun semakin mundur. Soalnya dengan kurikulum yang baru malah bukan membuat siswa menjadi lebih rajin, justru membuat para siswa stress. Seharusnya Indonesia mengambil contoh dari negara maju yang pendidikannya bagus agar kita menjadi bangsa yang pintar dan negara yang maju.

10.   Salsabila Aidina Fitri (9E)
Menurut saya, kurikulum di Indonesia itu sudah terlalu berat. Bandingin aja sama di Jepang, gaada UN. Anak SD di Jepang aja umur 7 tahun masih belajar mengenal benda. Kalau kebanyakan materi malah bikin muridnya stress. Kita juga gamaju-maju jadinya. Saran saya kurikulumnya jangan disatuin semua, terus materinya dikurangin sedikit.

Nah, dari pendapat teman-teman kita tadi, kita bisa menyimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia belum terlaksana dengan baik. Siswa disuguhkan dengan begitu banyak materi, sehingga antara pemahaman konsep dan kerja praktek masih belum seimbang. Hal ini menyebabkan kreatifitas siswa kurang terasah. Kemudian, siswa juga diiming-imingi oleh nilai. Padahal, seharusnya belajar adalah proses untuk memahami sesuatu, bukan untuk sekedar mengejar nilai. Selain itu, masih banyak oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan kekuasaannya untuk melahap uang rakyat yang seharusnya digunakan sebagai biaya operasional dan fasilitas sekolah. Karena tak sedikit rakyat kecil yang belum bisa mencicipi pendidikan karena perbuatan mereka.

Mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan tentang pandangan remaja terhadap pendidikan di Indonesia. Mudah-mudahan, posting ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Dan untuk para remaja di seluruh Indonesia, jadilah generasi penerus bangsa yang cerdas dan berakhlak, serta bangun Indonesia agar menjadi lebih baik!

1 komentar: